Lagi...Tentang Kita

/
0 Comments

Ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memerhatikam seberapa tulisan berlalu-lalang. Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana, berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan aku defenisikan lagi. Ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. Kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk., mencoba tak memedulikan keadaan. Karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.
Tentu saja, kamu tak merasakan apa yang aku rasakan, juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak saling mengganggu. Bukankah dengan berjauhan seperti ini semua jadi lebih berarti? Seakan-akan aku tak pernah peduli, seakan-akan ak tak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. Bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita.

Kali ini aku tak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kau pahami. Karena aku sudah tau, kamu sangat sulit diajak basa-basi apalagi jika berbicara soal cinta mati. Aku yakin kamu akan menutup telingan dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kau terjemahkan sendiri. Aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau benci. Seperti dulu, saat aku bicara cinta, kau malah tertawa. Seperti saat kita masih bersama, ak berkata rindu namun kau tulikan telinga.

Hanya cerita sederhana yang mungkin ntak ingin kau dengar sebagai pengantar tidurmu. Kamu tak suka jika kuceritakan tentang air mata bukan? Bagaimana kalau kuahlikan air mata menjadi senyum pura-pura? Tentu saja kau tak akan melihat nya, sejauh yang aku tau kamu tidak peka. Dan mungkin saja sifat burukmu msh sama, walaupun kita sudah lama berpisah dan sudah lama tak saling bertatap mata.

Entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. Namun, aku msh saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada bnyak cerita yang sempat terlewatkan. Ini tentang kita. Ah... sekarang kamu pasti sedang membuang muka, tak ingin membuka luka lama. Aku pun begitu, tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang samar, tak ingin mereka-reka senyum indahmu yang tak seperti dulu.
Kalau aku boleh jujur, kata “dulu” begitu akrab diotak, pikiran, dan telingaku. Seperti ada sesuatu yang terjadi, sangat dekat, sangat mendalam, sampai-sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuh nya waktu dan jarak. Sudah kesekian kali, aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi, dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin, tertiup jauh namun mungkin akan kembali.

Wajah baruku bisa kaulihat sendiri, terlihat lebih baik dan lebih hangat daripda saat awal perpisahan kita. Bicara tentang perpisahan, benarkah kita memang telah berpisah? Benarkah kita sudah saling melupakan? Jika memang ada kata “saling”, tapi mengapa hatiku msh terus ingin mengikatmu? Dan mengapa hingga saat ini kamu tak benar-benar menjauh? Kadang, jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi. Dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani...menjalani sesuatu yang tak tau harus di sebut apa. Tapi, katamu msh ada rasa nyaman ketika kita kembali berdekatan. Terlalu tololkah jika kusebut belahan jiwa? Keterikatan aku dan kamu tak ada dalam status, tapi jiwa kita, napas kita, kerinduan kita, miliki denyut dan detak yang sama.

Tidak usah dibawa serius, hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui. Sejak kamu tak lagi disini, sejak aku dan kamu memilih jalan sendiri-sendiri , aku malah sering main dengan sepi,sulit untuk dipungkiri.

Tulisan indah diatas ini saya dapatkan dari blog seorang teman ; dwitasarii.blogspot.com


You may also like

Tidak ada komentar:

Jesika Nila Weni 2010 - 2015. Diberdayakan oleh Blogger.